Sunday, March 29, 2015

Dampak Kenaikan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Terhadap Status Gizi Anak Penduduk Miskin



Akhir akhir ini masyarakat harus merasakan tingginya harga bahan kebutuhan pokok di pasaran. Meskipun harga BBM sudah turun per 19 Januari 2015 lalu dan kembali naik hanya Rp 200,00 pada awal Maret, namun hal tersebut tak berpengaruh banyak terhadap harga bahan kebutuhan pokok. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengatakan bahwa pemerintah telah berhasil menurunkan beberapa harga bahan pokok seperti beras medium, daging sapi, telur ayam ras, cabai merah keriting serta cabai merah besar. Namun meskipun demikian, ada beberapa kebutuhan bahan pokok lain yang masih belum bisa diatasi pemerintah. Sejumlah harga kebutuhan pokok bahkan terus merangkak naik. Penyebab tingginya harga bahan kebutuhan pokok bukan hanya karena kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM beberapa waktu lalu, namun juga karena kurangnya pasokan atau kelangkaan barang. Kelangkaan bahan kebutuhan pokok tersebut dipicu oleh tak adanya panen selama musim penghujan ini. Faktor lain yang menyebabkan harga kebutuhan pokok naik adalah peningkatan biaya produksi pada musim hujan yang bisa mencapai dua kali lipat dan aksi spekulan penimbunan harga yang dilakukan beberapa oknum. Selain itu, tak semua bahan kebutuhan pokok berasal dari dalam negri, banyak bahan kebutuhan pokok harus diimpor dari luar negri. Nilai rupiah yang terus melemah membuat bahan kebutuhan pokok impor semakin mahal.
 Kenaikan harga bahan kebutuhan pokok tersebut sangatlah berpengaruh terhadap masyarakat Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak dapat lepas dari bahan kebutuhan pokok. Hal itu memang karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perlu mengonsumsi bahan kebutuhan pokok untuk memenuhi asupan gizi bagi tubuh. Asupan itu bermanfaat bagi tubuh agar tetap dalam kondisi tidak kekurangan gizi. Untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut, selain persediaan juga dipengaruhi faktor harga, yang berkaitan dengan daya beli masyarakat. Jika harga kebutuhan pokok naik, praktis daya beli masyarakat akan menurun, akibatnya masyarakat akan kesulitan atau bahkan tidak mampu untuk membeli bahan kebutuhan pokok sehingga pemenuhan gizi masayarakat akan menurun. Terlebih pada masyarakat miskin, dengan kondisi yang ada sebelumnya, masyarakat miskin tersebut sudah mengalami kesulitan untuk membeli makanan bergizi, apalagi jika harga kebutuhan pokok naik maka masyarakat miskin semakin kesulitan. Penghasilan yang kurang dan tingginya harga bahan pangan membuat masyarakat miskin hanya sanggup untuk memenuhi kebutuhan akan pangan pokok sebagai sumber energi dan menerapkan prinsip makan asal kenyang. Hal ini menyebabkan mereka kurang memperhatikan nutrisi dan nilai gizi yang terkandung dalam bahan makanan yang mereka konsumsi dan berdampak pada meningkatnya jumlah anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
Status gizi anak secara tidak langsung berkaitan dengan faktor sosial ekonomi keluarga. Jika status social ekonomi rendah maka kebutuhan makanan keluarga akan kurang terpenuhi sehingga anak akan memiliki status gizi kurang. Kurang gizi pada awal kehidupan karena kurangnya zat gizi yang diterima ibu saat mengandung dapat menyebabkan janin mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah. Anak yang lahir akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sebagai akibat lebih lanjut dari tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada masa balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan yang sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran apa bila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi.
Pada masa usia sekolah, anak membutuhkan lebih banyak zat gizi untuk pertumbuhan dan beraktivitas. Hal ini disebabkan karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, mental, intelektual, dan sosial secara cepat, sehingga golongan ini perlu mendapat perhatian khusus.Faktor kecukupan gizi ditentukan oleh kecukupan konsumsi pangan dan kondisi keluarga. Unicef dan Johnson (1992) membuat model interelasi tumbuh kembang anak dengan melihat penyebab langsung, sebab tidak langsung dan penyebab dasar. Sebab langsung adalah kecukupan makanan dan keadaan kesehatan.Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penyebab yang paling mendasar dari tumbuh kembang anak adalah masalah struktur politik dan ideologi serta struktur ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya.Disamping itu, berbagai faktor sosial ekonomi ikut mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor social ekonomi tersebut antara lain: pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, budaya, dan teknologi. Fakor - faktor tersebut berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak. Pada akhirnya ketersediaan zat gizi pada tingkat seluler rendah dan mengakibatkan pertumbuhan terganggu.
Jumlah dan kualitas makanan keluarga ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga.Pada umumnya kemiskinan menduduki posisi pertama sebagai penyebab gizi kurang, sehingga perlu mendapat perhatian yang serius karena kemiskinan berpengaruh besar terhadap konsumsi makanan. Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang rendah sangat berpengaruh kepada kecukupan gizi keluarga.Kekurangan gizi berhubungan dengan sindroma kemiskinan. Tanda - tanda sindroma kemiskinan antara lain berupa: penghasilan yang sangat rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan, sandang, pangan, dan perumahan; kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah; sanitasi lingkungan yang jelek dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap pelayanan yang sangat terbatas; jumlah anggota keluarga yang banyak, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Masyarakat yang tergolong miskin dan berpendidikan rendah merupakan kelompok yang paling rawan gizi. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan untuk menjangkau pangan yang baik secara fisik dan ekonomis. Kelompok anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Meskipun kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan kesehatan anak balita, tetapi dalam kelompok ini dapat timbul masalah - masalah kesehatan, seperti: berat badan rendah, defisiensi zat besi, dan defisiensi vitamin E.
Anak usia sekolah dengan kondisi ekonomi keluarga baik yang bersekolah di pusat kota memungkinkan anak memiliki status kesehatan yang lebih baik.. Sedangkan, anak yang bersekolah dan tinggal di daerah pinggiran kota dengan segala fasilitas yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi keluarga yang terbatas memungkinkan anak mempunyai status kesehatan dan gizi yang buruk.
Gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Gizi diperlukan untuk membentuk manusia menjadi sehat, cerdas, kuat, dan tangguh. Dalam hal ini pemenuhan terhadap gizi yang baik harus tetap menjadi mind-stream pembangunan nasional. Keadaan gizi masyarakat yang buruk akan menghambat tercapainya tujuan pembangunan. Mengingat dampak kenaikan harga kebutuhan pokok terhadap gizi masyarakat, khususnya status gizi anak, maka pemerintah harus melakukan langkah yang tegas dan konkrit untuk mencegah terjadinya gizi kurang atau gizi buruk pada masyarakat jika pembangunan nasional tidak ingin terganggu.
Kementrian Kesehatan seharusnya membuat antisipasi khusus mengenai risiko terjadinya kenaikan jumlah anak gizi kurang ketika harga bahan kebutuhan pokok terpantau naik. Pemerintah juga harus lebih menggalakan dan memantau kebijakan mengurangi angka gizi kurang atau gizi buruk yang telah ada, seperti kebijakan Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN), pemberian makanan pendamping ASI bagi balita keluarga miskin, pemberian raskin dan lain lain. Penggunaan layanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga harus diperhatikan dalam mengurangi masalah gizi  kurang atau gizi buruk yang ada.
Selain itu, pemerintah juga harus melakukan tindakan terkait dengan harga kebutuhan pokok yang tak kunjung turun. Misalkan dengan dilakukan operasi pasar yang rutin. Pengendalian harga pangan ini tak lepas dari kedaulatan pangan. Kunci mewujudkannya adalah adanya satu visi-misi pada semua kementerian, dan lembaga lain yang terlibat. Empat kementerian dan lembaga negara yang menangani langsung pangan, yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Ditjen Bea dan Cukai, serta Perum Bulog harus bahu-membahu dan mengesampingkan ego sektoral. Kemdag bertugas memperbaiki simpul-simpul distribusi. Sistem perdagangan dikontrol sehingga berjalan secara sehat dan adil sehingga keuntungan dapat dirasakan oleh petani, bukan oleh para pemburu rente. Sesuai amanat UU Perdagangan, pemerintah pun berkewajiban menjaga pasar dan petani dalam negeri dari serbuan produk impor. Selaku pemberi izin impor, Kemdag harus menjalin komunikasi dengan Kemtan sebagai pihak yang merekomendasikan impor, Perum Bulog yang melakukan impor, serta Ditjen Bea Cukai yang mengawasi masuknya barang impor. Sementara Kemtan menjaga produksi pangan nasional. Keuntungan memproduksi sendiri pangan di dalam negeri adalah menghindarkan ketergantungan dari impor sehingga Indonesia memiliki ketahanan dan kedaulatan pangan. Memproduksi pangan di dalam negeri memberikan lapangan kerja di desa dan kota melalui kegiatan di ladang hingga industri pengolahan. Peran Bulog juga mesti diperluas dari yang selama ini hanya terfokus pada pengendalian cadangan beras. Sistem penyimpanan bahan pokok sebagai cadangan menghadapi ketidakpastian permintaan (buffer stock) oleh Bulog juga perlu dilebarkan ke bahan pangan lain. Tak kalah penting adalah diversifikasi bahan pokok. Kampanye berkaitan agar masyarakat tidak bergantung pada beras, sampai saat ini, masih sangat minim. Pemerintah tampaknya belum memberikan perhatian serius pada hal ini.
Idealnya bila pemerintah tegas dalam mengambil keputusan dan semua kementerian serta lembaga menjalankan fungsinya dengan benar, kendali terhadap harga pangan bakal berjalan dan anak yang mengalami gizi kurang karena kesulitan membeli bahan makanan dapat terhindari. Bagaimanapun negara harus memegang peran dalam produksi, konsumsi pangan serta pengendalian harga.
 

The Journey Template by Ipietoon Cute Blog Design